
Palangka Raya, Introgator.com-Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Pengda Kalteng, baru saja rampung menggelar Musyawarah Daerah (Musda) di Hallroom Gedung IJTI Kalteng, Palangka Raya (25/01/25).
Terpilih secara aklamasi sebagai ketua dalam Musda yang dihadiri anggota IJTI se Kalteng tersebut, Kontributor CNN Indonesia, Bung Haji Samsudinoor untuk periode 2025-2029.
Salah satu agenda dalam Musda V IJTI Kalteng tersebut adalah Seminar bertajuk Mendorong Jurnalisme Positif di Era Digital yang disampaikan oleh pemateri tunggal Ketua Umum IJTI Pusat Herik Kurniawan.
Musda V IJTI Kalteng kali ini menghasilkan sejumlah rekomendasi strategis, diantaranya ;
1. Mendukung semua program kegiatan IJTI Pusat dibawah nahkoda Ketua Umum Herik Kurniawan.
2. Mendukung Herik Kurniawan dicalonkan dan dipilih kembali sebagai Ketua Umum IJTI Pusat untuk periode kali kedua.
3. IJTI Kalteng siap sebagai Tuan Rumah Kejurnas Billiard 2025 yang akan diikuti jurnalis TV anggota IJTI Pengurus Pusat, Daerah dan Koorda se Indonesia.
4. Mendorong terbentuknya Media Network Nasional dibawah naungan IJTI Pusat.
5. Mendorong dan mengusulkan adanya Hari Kemerdekaan Pers Nasional atau disingkat HKPN, sebagai agenda resmi dan wadah silaturahmi jurnalis secara nasional untuk memperingati Hari Kemerdekaan Pers di Indonesia.
Khusus rekomendasi point 5, anggota IJTI Pengda Kalteng beralasan sebagai berikut :
1. Kenapa harus digagas adanya Hari Kemerdekaan Pers Nasional atau disingkat HKPN. Ini penting, dan mendesak disepakati terkait kapan tanggal dan bulan yang tepat. Pasalnya peringatan hari pers di era sekarang mesti relevan dan reflektif terhadap sejarah kebebasan pers.
2. Penetapan Hari Kemerdekaan Pers Nasional (HKPN), harus mempertimbangkan peristiwa monumental dalam perjuangan kebebasan pers.
3. HKPN harus mencerminkan semangat reformasi pers yang diperjuangkan pasca jatuhnya Orde Baru. Selain itu merefleksikan kebebasan, independensi, dan perjuangan pers melawan kontrol pemerintah.
4. HKPN tidak sekadar seremonial, tetapi menjadi momen untuk merefleksikan situasi kebebasan pers dan tantangan yang dihadapi.
Anggota IJTI Kalteng menyatakan menghargai peristiwa besar yang dihadiri 180 orang yang susah payah datang dari berbagai daerah dan dari negeri lain seperti Kongres di Surakarta. Tentu saja peristiwa itu harus dihargai.
Tapi sejarah harusnya mengurut benih dari Kongres itu, karena Kongres itu sejatinya hanyalah perjalanan dari sebuah tonggak. Tonggak itulah yang harus jadi patokan karena dia adalah akar, bukan kongres yang menjadi buahnya.
Kongres yang dihadiri 180 orang itu dari berbagai daerah itu, tidak mungkin terjadi kalau tidak ada yang memulai pergerakan mendirikan media, melawan penjajah dengan pikiran lewat tulisan.
Memakai Kongres 1946 itu sebagai patokan meredusir peran pers, menjadi sekadar sebagai pengisi kemerdekaan atau paling jauh mempertahankan kemerdekaan.
Padahal para pendiri pers yang menjadi tonggak itu ikut memperjuangkan kemerdekaan.
Rekomendasi IJTI Pengda Kalteng terkait usulan adanya HKPN, mendesak untuk dibahas oleh para petinggi organisasi jurnalis, dan diharapkan bukan sekedar peringatan tentang kebebasan berpendapat, tapi kebebasan dan kemerdekaan dari belenggu penjajah. Pasalnya, Peran Pers sudah jauh sebelum Indonesia merdeka. Oleh karena itu, Hari Pers membutuhkan pertanggung jawaban sejarah dalam penetapannya.imm